Menjelajah Majapahit Dengan Museum Virtual

Salah satu pengunjung mencoba Oculus Rift

Salah satu pengunjung mencoba Oculus Rift

Di dalam alat bernama Oculus Rift terdapat dua lensa untuk setiap mata, yang mengarah pada layar LCD tunggal sebesar 7 inci. Layar ini memberikan gambar untuk masing-masing mata, sehingga pengguna mendapat citra stereoscopic 3-Dimensi. Di dalam alat ini terdapat sensor accelerometer dan gyroscope yang masuk ke dalam game PC, sehingga pengguna dapat bergerak 360 derajat dan dapat melewati dunia maya seakan-akan berada di kehidupan nyata.

Gambar yang terlihat pada layar 7 Inci di meja,  berisi keterangan dari tiap arca

Gambar yang terlihat pada layar 7 Inci di meja,
berisi keterangan dari tiap arca

Konten dari virtual reality ‘Museum Majapahit’ ini merupakan replika maya dari peninggalan kerajaan Majapahit. Saat ini sudah ada 10 replika yang diubah dalam bentuk tiga dimensi, dari total 58 replika yang akan diproduksi. Butuh waktu memang untuk mengambil citra replika-replika ini. Sementara untuk peninggalan Majapahit yang ada di luar negeri hanya diadaptasi dari foto-foto yang ada di internet, karena untuk riset ke luar negeri pasti melibatkan negara dan butuh waktu lama.

Diana Paskarina sedang menjelaskan kehebatan Oculus Rift

Diana Paskarina sedang menjelaskan kehebatan Oculus Rift

Asisten Direktur Anantarupa Studios, Diana Paskarina mengatakan Oculus Rift yang digunakan untuk mendigitalisasi beberapa peninggalan Majapahit ini merupakan produksi pertama seri Development kit 1, yang diproduksi tahun 2013. Proses digitalisasi ini didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, dan alat ini bisa dicoba gratis pada pertengahan Juni 2014 di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.

Gambar 3 Dimensi terlihat dari layar kecil ini

Gambar 3 Dimensi terlihat dari layar kecil ini

Diana berharap kelak alat ini bisa disebar ke seluruh Indonesia, terutama di sekolah-sekolah, agar generasi muda mendatang bisa lebih menghargai dan mencintai warisan budaya leluhurnya. “Saya rasa bentuk dokumentasi data digital ini cukup baik, apalagi di Indonesia sangat kurang pendokumentasiannya,” papar Diana di Kawasan Senayan City beberapa waktu lalu.

Bersumber dari : Tembi.Net

This entry was posted in Uncategorized and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a comment